AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA
Perubahan
harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang / jasa yang sama
pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan / keluaran).
Atau
akuntansi
yang membahas perubahan nilai dan cara-cara mengatasinya disebut akuntansi
perubahan harga ( accounting for price change ) atau akuntansi harga-harga
berubah. perubahan nilai disini meliputi perubahan harga karena perubahan nilai
barang dan perubahan harga karena perubahan
daya beli uang akibat berjalanya waktu.
Rerangka
akuntansi pokok
Rerangka
akuntansi pokok menghasilkan statemen keuangan dasar. Karena rerangka akuntansi
pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang masuk dalam
statemen keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus dipenuhi
dalam pelaporan keuangan. Paton dan
Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang
terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Kos historis merupakan data
dasar yang menjadi basis penyusunan statemen keuangan dasar. Berbagai usulan
akuntansi untuk memperbaikki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat diadopsi
oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur akuntansinya.Tujuan
pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga
pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan
penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan
dapat diganti sama sekali.
Kos
merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan
merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Masalah
akuntansi
Akuntansi
kos historis menjadi tidak terpaut dalam pengambilan keputusan dalam keadaan
ekonomik yang di dalam nya terjadi perubahan yang signifikan.Perubahan harga
menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian unit pengukur dan
pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus
digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah pemertahanan
kapital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus
ditentukan jenisnya (finansial / fisis).Sebagai data dasar, dalam kondisi
perubahan harga akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah fundamental yang
berkaitan dengan penilaian (valuation), unit pengukur (measurement unit) dan
pemertahanan kapital (capital maintenance).
· Masalah
Penilaian
Nilai
aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan aset
tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah. Perubahan ini
disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan produk baru
yang lebih tinggi. Akuntansi menghadapi masalah dalam hal ini karena kos
tercatat untuk suatu asset tidak lagi menggambakan nilai asset tersebut.
Persepsi
atau selera orang terhadap manfaat atau nilai barang tertentu dapat pula
menyebabkan perubahan nilai yang akhirnya mempengaruhi harga barang tersebut.
Perubahan harga semacam ini disebut
dengan perubahan harga spesifik.
Model
akuntansi untuk menghadapi masalah ini adalah akuntansi nilai sekarang yang pengukuran nilainya bergantung pada dasar penilaian yang
dianut yaitu kos sekarang atau nilai keluaran sekarang.
· Masalah
Unit Pengukur
Daya
beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai tidak
bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan nilai unit pengukur ini terjadi karena
perubahan tingkat harga secara umum dalam ekonomi suatu negara. Artinya, kalau
nilai atau manfaat suatu barang tidak berubah, jumlah unit moneter yang dapat
digunakan untuk memperoleh barang yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu
karena daya beli uang berubah.
Secara
umum, daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi. Akuntansi
menghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah nominal tidak lagi
homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos vertikal atau horisontal sebenarnya
tidak bermakna lagi.
Bila
perubahan nilai dan daya beli terjadi bersama-sama pengaruh keduanya terhadap
kos historis harus ditunjukkan dalam pelaporan keuangan. Untuk mengatasinya
disebut secara umum sebagai akuntansi kos sekarang/rupiah konstan.
· Masalah
Pemertahanan Kapital
Laba
adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat didistribusi atau
dinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk menentukan laba dengan
mempertahankan kapital, tiga hal penting dalam mengukur kapital harus
dipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis kapital
terutama dalam hal terjadi perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur
dalam perubahan harga berkaitan dengan skala pengukuran. Masalah pemertahanan
kapital dalam perubahan harga berkaitan dengan jenis kapital yang harus
dipertahankan yaitu finansial atau fisis.
Bila
pengaruh perubahan harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam keadaan
perubahan harga menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung
tersaji lebih. Hal ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga atau untuk
penahanan melekat pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih dapat
mengakibatkan distribusi laba yang melebihi jumlah yang dapat menyisakan laba
untuk mempertahankan kapital.
Model
akuntansi untuk mengatasi masalah perubahan harga adalah kos sekarang/capital
fisis atau disebut akuntansi nilai pengganti yang secara teknis sama dengan
akuntansi kos sekarang. Perbedaanya terletak pada penyajian dan interpretasi
jumlah rupiah untuk mempertahankan capital dalam statemen laba-rugi.
Pos-pos
Moneter dan Nonmoneter
Perubahan
harga mempunyai implikasi yang berbeda antara pos-pos moneter dan
nonmoneter.Pos moneter berkaitan dengan untung/rugi daya beli., Pos nonmoneter
berkaitan dengan untung/rugi penahanan.
Besar
untung / rugi daya beli ditentukan dengan memisahkan pos moneter dan non
moneter, karena untung dan rugi daya beli biasanya berhubungan dengan pos
moneter netto.
Pos
moneter berhubungan dengan aliran kas, pos non-moneter berhubungan dengan
aliran potensi jasa fisik (non kas)
Aktiva
moneter : klaim untuk menerima sejumlah rupiah di masa depan tanpa
memperhatikan perubahan daya beli uang
Misal : kas, deposito,
investasi dalam obligasi, piutang dagang, piutang wesel dan uang muka jaminan
kontrak.
Aktiva
non moneter : aktiva yang mengandung jumlah unit rupiah yang berubah dengan
berjalannya waktu.
Misal : Persediaan
barang dagangan, fasilitas fisik, investasi dalam saham dan goodwill
Pos
Moneter
Pos-pos
moneter terdiri atas aset moneter dan kewajiban moneter. Aset moneter adalah
klaim untuk menerima kas di masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti
tanpa mengaitkan dengan harga masa datang barang dan jasa tertentu.
Kewajiban
moneter adalah keharusan untuk membayar uang di masa mendatang dengan jumlah
dan saat pembayaran yang sudah pasti. Implikasi perubahan harga terhadap
pos-pos moneter lebih berkaitan dengan perubahan daya beli yang menimbulkan
untung atau rugi daya beli. Untung atau rugi daya beli timbul kalau perusahaan
menahan pos-pos moneter dalam keadaan daya beli berubah.
Pos-Pos
Nonmoneter
Pos-pos
nonmoneter adalah pos-pos selain yang bersifat moneter yang juga terdiri atas
aset nonmoneter dan kewajiban nonmoneter. Aset nonmoneter adalah aset yang
mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah
dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim untuk menerima potensi
jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya beli.
Kewajiban
nonmoneter adalah keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa
lainnya dengan kuantitas tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan
nilai barang atau potensi jasa tersebut pada saat diserahkan. Implikasi
perubahan harga terhadap pos nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar
antara saat pos-pos tersebut diperoleh atau terjadi dan nilai tukar saat
meretia diserahkan atau dilaporkan pada akhir perioda.
Pos-pos
moneter berkaitan dengan untung atau rugi daya beli sedangkan pos-pos
nonmoneter dengan untung atau rugi penahanan.
Perubahan
Harga
Harga
merepresentasi nilai tukar barang dan jasa pada suatu saat dalam suatu
lingkungan ekonomik. Barang dan jasa dapat berupa barang dan jasa antara yaitu
berupa faktor produksi atau produk akhir (barang dan jasa untuk konsumsi).
Harga
masukan adalah harga faktor produksi dan harga barang atau jasa antara yang
diperoleh untuk tujuan diolah lebih lanjut. Harga keluaran adalah harga barang
dan jasa yang dijual sebagai produk perusahaan. Pasar faktor produksi disebut
pasar masukan dan pasar produk akhir disebut pasar keluaran.
Secara
umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang
atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau
keluaran). Dari segi akuntansi, perubahan harga adalah perbedaan antara kos
tercatat suatu objek (pos) dan jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek
(pos) pada saat tertentu. Dari sudut perusahaan, perbedaan harga masukan dan
keluaran bukan merupakan perubahan harga tetapi lebih merupakan laba yaitu
kenaikan nilai ekonomik yang diharapkan karena proses produksi. Perubahan harga
adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek dan jumlah rupiah yang
menggambarkan nilai objek pada saat tertentu.
Karakteristik
perubahan harga barang dan jasa, ada tiga jenis perubahan harga yaitu : (1)
perubahan harga umum, (2) perubahan harga spesifik, dan (3) perubahan harga
relatif
1. Perubahan Harga Umum
Perubahan
harga umum mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tukar satuan uang atau
dikenal dengan perubahan daya beli. Terjadi perubahan meskipun manfaat atau
daya tukar barang sama. Perubahan
tersebut dapat disebabkan pada umumnya oleh kekuatan-kekuatan faktor ekonomik
seperti tersedianya uang atau kecepatan beredarnya uang dibandingkan dengan
tersedianya barang atau jasa dalam perekonomian suatu negara. Penyebab lain adalah ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran barang dan jasa secara umum atau perubahan harga pasar
dunia untuk komoditas dasar tertentu. Perubahan harga umum ditandai oleh
perubahan seluruh harga barang dan jasa dengan tingkat dan arah yang sama.
Perubahan
harga UMUM : Perubahan nilai satuan uang, dinyatakan dalam index harga
umumContoh : INDEX HARGA KONSUMEN
Inflasi : Index harga
Umum cenderung naik dari waktu ke waktu
o Inflasi dan Daya Beli Uang
Indeks
harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat harga dari waktu ke waktu.
Perubahan indeks harga merefleksi pula perubahan daya beli atau nilai tukar
uang. Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya beli demikian pula
sebaliknya. Daya beli uang adalah kemampuan satuan uang pada saat tertentu
untuk ditukarkan dengan barang.
Gejala
kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu disebut inflasi. Inflasi
ditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung menaik dari waktu ke waktu.
Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke perioda berikutnya disebut
dengan laju inflasi.
Gambar hubungan indeks harga,daya
beli,laju inflasi berdsarkan indeks harga konsumen ( IHK) gabungan 43 kota (1996=100,2002=basis daya beli
Tahun
|
IHK
|
Daya Beli Per Rp.1.000.000
|
Laju inflasi (%)
|
1998
|
198,47
|
KRp.1.381.216
|
|
1999
|
202,46
|
1.353.996
|
2,00
|
2000
|
221,37
|
1.238.334
|
9,34
|
2001
|
249,15
|
1.100.260
|
12,55
|
2002
|
274,13
|
1.000.000
|
10,03
|
Gambar
ditas menunjukkan bahwa pola laju inflasi bergantung pada fluktuasi indeks
harga per tahun.daya beliuang menurun jika indeks harga naik.
o Implikasi
Akuntansi
Kos
berbagai objek yang diukur dengan satuan uang pada waktu yang berbeda-beda
sebenarnya merupakan jumlah rupiah yang tidak homogenus sehingga tidak dapat
dijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia sudah merefleksi kos atau harga
sekarang setiap saat atau pada tanggal pelaporan. Dengan adanya perubahan daya
beli, perusahaan kemungkinan akan mendapat untung atau menderita rugi karena
perusahaan menahan pos-pos moneter.
Untung
atau rugi daya beli pos moneter terjadi apabila perusahaan menahan aset moneter
atau mempunyai utang moneter dalam jangka waktu tertentu. Dalam kondisi
inflasi, menahan aset moneter akan menimbulkan rugi daya beli. Dalam kndisi
deflasi menahan aset moneter akan memberikan untung daya beli dan menahan utang moneter akan
mengakibatkan rugi daya.
Perhitungan saldo akhir mesin
berikut menggambarkan masalah yang di hadapi akuntansi
aset
|
Indeks
|
Kos nominal
|
Kos dalam daya beli
|
||
awal
|
tengah
|
akhir
|
|||
Mesin 1
|
120
|
Rp.30.000.000
|
KRp.30.000.000
|
KRp.37.500.000
|
KRp.40.000.000
|
|
150
|
|
|
|
|
Mesin 2
|
160
|
Rp.40.000.000
|
KRp.30.000.000
|
KRp.37.500.000
|
KRp.40.000.000
|
Saldo mesin
|
|
Rp.70.000.000
|
KRp.60.000.000
|
KRp.37.500.000
|
KRp.80.000.000
|
o Interpretasi
Untung / Rugi Daya Beli
Jumlah
rupiah untung atau rugi daya beli merupakan informasi untuk membantu pemakai
dalam menentukan laba ekonomik perusahaan karena informasi tersebut berkaitan
dengan seberapa jauh kapital secara ekonomik harus dipertahankan.
Untung
daya beli penahanan utang dapat diperlakukan sebagai pengurangan aset yang
diperoleh dengan utang tersebut. Untung
atau rugi daya beli pos moneter lancar dapat dianggap terrealisasi pada saat
pos aset moneter lancar diterima uangnya atau pada saat utang moneter lancar
dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan sebagai kesatuan usaha, untung atau
rugi daya beli utang jangka panjang dalam suatu perioda tidak mempengaruhi
besarnya laba.
Dari
sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan memberi informasi apakah
perusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam kondisi inflasi, tentu
saja modal kerja moneter akan cenderung menurun daya belinya.
2. Perubahan
Harga Spesifik
Perubahan
harga spesifik adalah perubahan harga barang tertentu karena nilai instrinsik
barang tersebut berubah sehingga nilai tukarnya juga berubah baik di pasar
masukan maupun pasar keluaran.
Perubahan
harga spesifik terjadi karena berbagai faktor antara lain perubahan selera
konsumer, perubahan teknologi di bidang teknik industri dan spekulasi atau
perubahan harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang
tersedia dalam masyarakat. Terjadi perubahan meskipun tidak terjadi perubahan
daya beli
Perubahan
harga spesifik dalam pasar masukan akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan
kos aset yang yang akhirnya mempengaruhi
biaya bagi perusahan. Perubahan harga spesifik dalam pasar keluaran akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan.
o Implikasi
Akuntansi
Dalam
akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik ini tidak diperhatikan dan
dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi dalam perhitungan laba.
Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut dikeluarkan dari
perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi penahanan.
o Interpretasi
Untung/Rugi Penahanan
Untung
penahanan merupakan informasi tentang jumlah rupiah untuk mempertahankan
kapital.
Dari
segi evaluasi kinerja manajemen, akuntansi kos sekarang sebenarnya memberi
informasi tentang kegiatan yang benar-benar merupakan upaya manajemen dan
kegiatan yang semata-mata hanya menahan aset dalam kaitannya dengan pengelolaan
kapital fisis. Laba operasi merupakan
hasil kegiatan produktif, sendangkan untung penahanan merupakan hasil kegiatan
penahanan aset semata. Laba operasi atas dasar kos sekarang merupakan pengukur
efisiensi pengelolaan dana atau kapital fisis perusahaan yang sebenarnya.
Dalam
kondisi harga yang menarik, biaya atas dasar kos sekarang yang dibebankan ke
pendapatan akan cenderung lebih tinggi daripada biaya historis karena itu laba
akan cenderung lebih kecil.
3. Perubahan
Harga Relatif
Perubahan
harga relatif mengukur tingkat penyimpanan perubahan harga barang atau jasa
tertentu terhadap perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruh barang
dan jasa. Perubahan harga relatif adalah perubahan harga setelah pengaruh
perubahan daya beli dikeluarkan atau diperhitungkan.
Kalau
unit moneter dihomogenuskan dengan indeks harga umum, statemen laba-rugi akan
menggambarkan laba real secara ekonomik. Pengaruh perubahan harga relatif tidak
dapat terungkapkan secara penuh kalau penyesuaian tidak dilakukan baik untuk
perubahan harga spesifik maupun untuk perubahan harga umum. Model akuntansi
yang memperhitungkan pengaurh perubahan harga relatif sebenarnya merupakan
bastar atau hibrida antara model akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos
sekarang. Model hibrida tersebut disebut akuntansi kos sekarang daya beli
konstan.
Misal : Harga
barang/jasa umum naik 10%,harga barang tertentu naik 32%, maka Perub.Harga
Relatif : 12%.
Rerangka
akuntansi pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang
masuk dalam statemen keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus
dipenuhi dalam pelaporan keuangan.
Berbagai
usulan akuntansi untuk memperbaikki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat
diadopsi oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur
akuntansinya.
Ø Akuntansi
Daya Beli Konstan
Tujuan
akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar daya beli.
Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historis
harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan. Dalam operasinya
perusahaan akan menggunakan atau mengorbankan daya beli asset untuk memperoleh
asset lain dalam rangka menghasilkan pendapatan. Dengan konsep daya beli
konstan, daya beli dapat menjadi golongan kapital yang lain yaitu kapital daya
beli. Kapital daya beli sebenarnya merupakan kapital finansial.
Pemilihan
Indeks Harga untuk Konversi
Untuk
dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historis harus
dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan.
Untuk
menyusun statemen keuangan lengkap dalam daya beli, semua pos baik neraca atau
laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks rata-rata digunakan dan pos-pos laba
rugi terjadi secara merata selama perioda, rupiah daya beli yang didapat untuk
suatu pos biasanya hampir sama dengan jumlah rupiah nominalnya. Indeks
rata-rata (tengah) menghasilkan rupiah konversian pos-pos operasi yang
mendekati rupiah nominal bila transaksi terjadi secara merata sepanjang tahun.
Keunggulan
dan Kelemahan
Argumen
yang biasanya diajukan untuk mendukung penyajian informasi daya beli konstan
adalah :
1. Akuntansi daya beli konstan menjadi
angka akuntansi lebih bermakna
2. Dengan akuntansi daya beli konstan,
pembandingan antarperioda akan memberikan informasi yang lebih bermakna daripada pembandingan atas dasar rupiah nominal
3. Pembandingan data antarperusahaan juga
akan menjadi lebih berarti dan informatif
4. Akuntansi daya beli konstan akan
menghasilkan informasi laba atas dasar konsep mempertahankan kapital
5. Pejabat pemerintah sudah terbiasa
menganalisis data keuangan atas dasar nilai real, sehingga pelaporan keuangan
perusahaan dengan menggunakan rupiah nominal kemungkinan dapat menyebabkan
kebijakan pemerintah yang merugikan perusahaan
6. Akuntansi daya beli konstan merupakan
sarana mengeluarkan pengaruh perubahan harga umum tanpa harus mengubah atau
mengganti struktur akuntansi yang sudah berjalan.
7. Akuntansi daya beli konstan dapat
mengatasi atau meniadakan sama sekali metoda akuntansi yang dimaksudkan untuk
menanggulangi perubahan harga secara parsial atau secara pos per pos
Beberapa keberatan dan
kelemahan terhadap akuntansi daya beli konstan adalah :
1.
Akuntansi daya beli konstan mendasarkan
diri pada data kos historis sehingga kelemahan-kelemahan yang melekat pada kos
historis tidak seluruhnya dapat dihilangkan atau diatasi. Jadi, akuntansi daya
beli konstan belum memperhitungkan pengaruh perubahan harga spesifik
2.
Manfaat informasi tambahan kemungkinan besar
tidak sepadan dengan kos untuk menyusun statemen keuangan daya beli konstan
3.
Acapkali stateman keuangan daya beli
konstan diinterpretasi secara keliru sebagai informasi tentang nilai sekarang
padahal informasi yang disajikan oleh akuntansi daya beli konstan bukan
merupakan nilai sekarang, nilai yang dapat direalisasi, atau bahkan nilai
diskonan
4.
Untung rugi daya beli tidak mempunyai
makna atau interpretasi yang jelas atau intuitif.
5.
Acapkali indeks yang digunakan untung
menghomogenuskan unit pengukur tidak mewakili perubahan daya beli yang terkandung
dalam aset perusahaan sehingga hasil perhitungan akuntansi daya beli konstan
diragukan keterandalannya.
Kapital
Daya Beli
Kapital
finansial, laba terjadi dari kenaikan jumlah rupiah kapital tanpa memperhatikan
wujud kapital tersebut. Kapital daya beli adalah jumah rupiah kapital finansial
yang telah dikonversi menjadi daya beli. Dengan dasar pikiran ini, selisih
konversi merupakan penyesuai capital untuk mempertahankan capital daya beli
sebagai capital financial.
Ø Akuntansi
Kos Sekarang
Tujuan
akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan
kapital semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan
untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas
atau kemampuan kapital sebelumnya.
Akuntansi
kos sekarang digunakan sebagai dasar. Ada dua perbedaan yang tampak,yaitu :
Pertama, laba akan
terbagi menjadi dua komponen yaitu laba akibat kegiatan operasi perusahaan dan
laba akibat kegiatan menahan kapital fisis.
Kedua, untung / rugi
yang belum terrealisasi akibat penahanan aset dimasukkan dalam statemen
laba-laba.
Dasar
Pengukuran Kos Sekarang
1. Kos Pengganti
Penekanan
diletakkan pada kos pengganti aset yang dikuasai perusahaan dengan aset yang
sejenis atau sama fungsinya. Kos pengganti ini, secara konseptual laba perioda
akan terjadi atas dua unsur yaitu : (1) laba operasi dan (2) untung atau rugi
penahanan akibat perubahan harga relatif.
FASB memberi pedoman
pengukuran fasilitas fisis yang sudah terpakai dengan cara berikut :
a)
Mengukur kos sekarang suatu fasilitas
fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang sama dengan potensi jasa fasilitas
pada waktu dibeli perusahaan dan menguranginya dengan depresiasi yang
diperhitungkan atas dasar kos baru sesuai metoda yang sama
b)
Mengukur kos sekarang suatu fasilitas
fisis beka yang sama umum dan kondisinya dengan aset yang sekarang
dikuasai/dimiliki perusahaan
c)
Mengukur kos sekarang suatu fasilitas
fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang berbeda dengan yang sekarang
dikuasai/dimiliki perusahaan dan menyesuaikan kos baru tersebut terhadap
perbedaan-perbedaan nilai potensi jasa akibat perbedaan umur, kapasitas,
kualitas jasa dan kos pemeliharaan/pengoperasian.
2. Nilai Jual Sekarang
Kos
sekarang aset diukur atas dasar harga aset senandainya pada saat sekarang
perusahaan memilih untuk menjual aset tersebut alih-alih memakainya untuk
operasi. Nilai jual sekarang berarti jumlah rupiah pendapatan yang dapat
direalisasi seandainya aset dijual sekarang.
3. Nilai Terrealisasi Harapan
Pendekatan
ini sama dengan nilai jual sekarang hanya pengukuran dilakukan atas dasar nilai
sekarang aliran kas masa datang yang diterima dari aset atau dibayar untuk aset
atau utang bersangkutan.
Nilai
penggunaan adalah nilai sekarang aliran kas di masa mendatang yang diharapkan
akan diterima dari penggunaan aset oleh perusahaan. Nilai pasar sekarang adalah
jumlah rupiah kas, atau setara kas yang diharapkan akan dapat diperoleh dari
penjualan suatu aset dikurangi dengan biaya penjualan yang terlibat dalam
proses penjualan aset tersebut.
Kos
sekarang dan Pemertahanan Kapital
Akuntansi
kos sekarang dilandasi konsep mempertahankan kapital. Perubahan harga aset yang
ditahan selama suatu perioda menimbulkan untung atau rugi penahanan.
Untuk
kapital finansial untung atau rugi ini akan diperhitungkan dalam penentuan laba
perioda sebagai untung terrealisasi. Perbedaan utama antara konsep mempertahankan
kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa dalam mempertahankan kapital
fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan sebagai komponen laba
perioda tetapi diperlakukan sebagai penyesuai ekuitas pemegang saham.
Sumber Informasi dan
Teknik Pengukuran penentuan kos sekarang
1. Pengindeksan (Indexation)
Sumber
informasi dapat berupa (1) indeks harga yang dihasilkan pihak eksternal untuk
kelompok barang atau jasa yang diukur atau (2) indeks harga yang dihasilkan
sendiri oleh perusahaan berdasarkan catatan historis untuk kelompok barang
ataujasa yang diukur
Teknik
ini memungkinkan digunakannya komputer untuk menyatakan kembali angka-angka
dasar secara cepat.
2. Penghargaan Langsung (Direct Pricing)
Informasi
dari luar berupa (1) harga faktur sekarang, (2) daftar harga dari penjual
barang atau jasa (price list) atau kutipan harga lain atau taksiran, dan (3)
kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.
Teknik
ini membebankan secara langsung bahan dan tenaga kerja ke suatu aset / kelompok
aset. Teknik ini biasanya berupa harga faktur sekarang, daftar harga dari
penjual barang / jasa dan kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.
3. Pengkosan Unit (Unit Costing)
Teknik
ini digunakan untuk menaksir kos reproduksi suatu barang. Teknik ini digunakan
untuk barang tau jasa yang tidak mempunyai pasar keluaran atau barang yang
bersifat khusus (tidak standar).
4. Penghargaan fungsional (Functional
Pricing)
Teknik
ini digunakan untuk menentukan kos pengganti suatu fungsi produksi atau
pemrosesan dan bukanya suatu aset secara individual atau kelompok aset yang
masing-masing berdiri sendiri.
Keunggulan
dan Kelemahan
Argumen
yang diajukan untuk mendukung disediakannya informasi kos sekarang :
1.
Tindakan manajemen untuk menghadapi
perubahan harga biasanya diwujudkan dalam keputusan yang didasarkan atas
harapan atau prediksi adanya perubahan harga di masa datang untuk barang atau
jasa yang diperoleh perusahaan.
2.
Akuntansi kos sekarang dapat menunjukkan
laba operasi dan untung penahanan sehingga dapat memberikan informasi tentang
pengaruh perubahan harga terhadap profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya.
3.
Informasi kos sekarang bermanfaat dalam
analisis kemampuan perusahaan untuk menjaga kapasitas operasi sekaligus untuk
membagi dividen.
4.
Neraca atas dasar kos sekarang menggambarkan
nilai ekonomik aset dan utang yang lebih realistik dibandingkan neraca berbasis
kos historis.
5.
Akuntansi kos sekarang akan memberikan
informasi tentang efisiensi suatu perusahaan yang lebih baik dan dapat
diperbandingkan secara lebih bermakna dengan perusahaan lain.
6.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan, akuntansi kos sekarang mendasarkan pada konsep pemertahanan kapital
yang semestinya atas dasar perkembangan dan kondisi perusahaan yang mutakhir.
Kritik
umum yang ditujukan terhadap akuntansi kos sekarang :
1.
Belum
ada definisi yang tegas dan tunggal tentang apa yang dimaksud aset
pengganti dan bagaimana aset tersebut diukur.
2.
Akuntansi kos sekarang belum
mempertimbangkan pengaruh perubahan daya beli uang.
3.
Konsep mempertahankan kapital yang
menjadi landasan kos sekarang sebenarnya bukan merupakan fungsi akuntansi atau
laporan tetapi fungsi manajemen.
4.
Kerumitan penyususunan informasi kos
sekarang sebagai pelengkap tidak sepadan dengan manfaat yang diperoleh.
Ø Akuntansi
Hibrida
Akuntansi
daya beli konstan berusaha untuk mengatasi masalah unit pengukur tidak stabil
sedangkan akuntansi kos sekarang berusaha untuk mengatasi masalah panilaian.
Perbedaan
Akuntansi Daya Beli Konstan dan Kos Sekarang
Akuntansi Daya Beli
Konstan
1.
Mengatasi masalah unit pengukur
2.
Merevisi atau merevaluasi aset moneter
pada akhir perioda.
3.
Menggunakan indeks harga umum karena
sasaeannya perubahan umum.
4.
Mengabaikan untung atau rugi penahanan
pada saat revaluasi.
5.
Mengungkapkan untung atau rugi daya beli
atas aset monoter reto.
6.
Untung atau rugi sebagai selisih lebih
bermakna sebagai penyesuai kapital daripada komponen laba dalam rangka
pemertahanan kapital.
Akuntansi Kos Sekarang
1.
Mengatasi masalah penilaian.
2.
Merevisi atau merevaluasi aset
nonmoneter secara terus menerus.
3.
Menggunakan indeks harga spesifik karena
sasarannya perubahan harga spesifik.
4.
Mengabaikan untung atau rugi daya beli.
5.
Mengungkapkan untung atau rugi penahanan
atas aset nonmoneter neto.
6.
Untung atau rugi sebagai selisih lebih
bermakna sebagai komponen laba daripada penyesuai kapital dalam rangka
pemertahanan kapital.
Standar
Akuntansi Perubahan Harga
Dengan
dikeluarkannya SFAS No. 89, FASB telah mengubah status pelaporan informasi
perubahan harga dari wajib menjadi anjuran. Secara autoritatif pengungkapan
informasi perubahan harga setelah SFAS
No. 89 sebenarnya bersifat sukarela. Standar akuntansi perubahan harga
dalam profesi akuntansi di Amerika memang mempunyai riwayat yang agak unik.
Standar yang cukup penting yang berpautan dengan pembahasan dalam bab ini
adalah SFAS No. 33, No. 82 (1984), dan terakhir No. 89 (1986).27
§ SFAS No. 33
Semula
melalui SFAS No. 3, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh inflasi
dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 tidak menuntut
penyajian komprehensif statemen keuangan atas dasar kos sekarang atau daya beli
kostan tetapi hanya mewajibkan pengungkapan sebagian informasi yang membantu pemakai
untuk mengevaluasi pengaruh perubahan harga.
Untuk
akuntansi daya beli konstan, butir-butir minimum yang harus diungkapkan adalah
:
1.
Informasi tentang laba dari operasi
berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar daya beli konstan.
2.
Untung atu rugi daya beli atas pos-pos
moneter neto untuk tahun berjalan.
Dalam SFAS No. 33, FASB
menetapkan informasi minimal yang harus diungkapkan atas dasar kos sekarang
sebagai berikut :
1.
Informasi tentang laba dari operasi
berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar kos sekarang.
2.
Jumlah rupiah kos sekarang sediaan dan
fasilitas fisis pada akhir tahun.
3.
Untung dan rugi perusahaan selama tahun
berjalan untuk sediaan dan fasilitas fasis.
§ SFAS No. 82
FASB
menerbitkan SFAS No. 82 yang isinya meniadakan beberapa pengungkapan yang
sebelumnya diatur dalam SFAS No. 33. Standar baru ini meniadakan atau
membatalkan ketentuan untuk mengungkapkan informasi daya beli konstan.
§ SFAS No. 89
SFAS
No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require) pengungkapan pengaruh perubahan harga
sebagai informasi pelengkap tetapi sangat menganjurkan (to encourage)
pengungkapan tersebut.
Model Akuntansi dan
Implementasinya
Standar pelaporan
perubahan harga menyangkut empat model yaitu:
1. akuntansi kos historis
2. akuntansi daya beli konstan
3. akuntansi kos sekarang
4. akuntansi kos sekarang/daya beli konstan.
Suatu model akuntansi
perubahan harga ditentukan oleh kombinasi tiga faktor:
1. Dasar penilaian
2. Skala pengukuran
3. Jenis KapitaL
Model 1. Berbasis kos
historis dengan skala pengukuran nomimal untuk capital bersifat financial.
Model 2. Besarnya
untung atau rugi daya beli suatu periode ditentukan oleh indeks harga yang
dipilih sebagai basis
Model 3. Kos sekarang
sebenarnya adalah kos sekarang pada saat penjualan.
Model 4. Model ini
merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos sekarang yang
semula berdiri sendiri.
Model 5. Model ini sama
dengan model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis
Model 6. Laba yang
didistribusi sama dengan model 5. Perbedaannya terletak pada unit pengukur yang
berubah dan diperhitungkannya rugi daya beli dan besarnya jumlah penyesuaian
capital fisis untuk mempertahankan kapital
Model 7. Model ini
tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos sekarang didefinisi sebagai harga
jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran kas bersih masa datang baik yang
telah terealisasi maupun belum.
Model 8. Model ini
merupakan pengembangan model 7 dengan memasukkan unsur perubahan daya beli
dalam hitungan laba sehingga semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang
sesuai
Standar
Akuntansi Perubahan Harga.
Di
Amerika, standar akuntansi mula-mula mewajibkan pelaporan pengaruh perubahan
harga sebagai informasi pelengkap dengan berbagai argumennya. Kemudian standar
tersebut diganti dengan berbagai standar baru yang tidak lagi mewajibkan tetapi
tetap menganjurkan pelaporan pengaruh perubahan harga dengan berbagai
argumennya. Akibatnya buku-buku teks akuntansi keuangan menengah tidak lagi
memasukkan topik akuntansi perubahan harga. Walaupun demikian, pembahasan
mengenai perubahan harga beserta teorinya tetap penting untuk memberi wawasan
yang luas dan dalam khususnya bila perubahan harag cukup berarti dalam sistem
perekonomian negara tertentu termasuk Indonesia
PERSPEKTIF INTERNASIONAL TERHADAP
AKUNTANSI INFLASI
Pengkajian
mengenai tanggapan dari negara – negara tertentu atas akuntansi bagi perubahan
harga, berguna dalam menilai tren yang sedang berlangsung serta tren dimasa
yang akan datang.
Tanggapan AS
Operasi luar negeri.
Pedoman-pedoman pengungkapan yang ditawarkan oleh FAS No.89 juga mencakup operasi-operasi luar negeri yang dimasukkan
dalam laporan konsolidasi perusahaan-perusahaan induk AS. Untuk tetap sejalan
dengan kerangka biaya berjalan yang ekivalen disesuaikan dengan inflasi luar
negeri dan kemudian ditranslasikan kedalam dolar AS (restate-translate method)?
Atau, haruskah perkiraan-perkiraan tersebut ditraslasikan ke dolar dan kemudian
disesuaikan dengan inflasi AS (translate-restate method)?
Dalam
ketetapan-ketetapan paling baru mengenai perubahan harga, FASB telah memutuskan
untuk menganjurkan, tetapi tidak lagi mewajibkan, entitas-entitas pelaporan AS
untuk mengungkapkan informasi biaya historis-daya beli konstan atau biaya
berjalan-daya beli konstan. Sangat disesali, bahwa keputusan untuk
menghilangkan keharusan dalam mengungkapkan informasi perubahan harga, akan
melepaskan banyak momentum dan pengalaman yang telah dikumpulkan FASB selama
uji-coba 5 tahun.
Akuntansi
bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan manajer-manajer
perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial
antar suatu negara dengan negara lainnya.
Perusahaan-perusahaan
yang mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional untuk mengukur operasi mereka,
memandang operasi ini dari perspektif perusahaan induk. Karenanya,
translate-restate method direkomendasikan. Perusahaan-perusahaan multinasional
yang mengadopsi valuta lokal sebagai valuta fungsional untuk sebagian besar
operasi mereka pada dasarnya memandang dengan perspektif valuta lokal. Walaupun
hal ini logikanya mengharuskan dipakainya restate-translate method.
GAMBAR :
METODOLOGI PENYAJIAN ULANG (RESTATEMENT) BAGI OPERASI LUAR NEGERI
*GPL
: General Price Level (tingkat harga umum)
BIDANG
–BIDANG PERMASALAHAN
Inflasi
merupakan fenomena yang terus berulang, mengapa para akuntan meluangkan terlalu
banyak waktu pada isu akuntansi perubahan harga? Jawabannya adalah untuk
merumuskan akuntansi –inflasi yang
efektif dan komprehensif.
Dari
banyak isu ini berkaitan dengan masalah translasi valuta asing yang telah di
bahas sebelumnya. Misalnya restatement
tingkat harga maupun translasi valuta asing memiliki masalah yang umum,
keduanya memiliki masalah yang sama dengan metodologi restatement dan keduanya menghadapi dilema dalam mengklasifikasi
dan memperlakukan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan restatement. Tetapi persamaan tersebut hanya terlihat dipermukaan
saja, tidak benar-benar nyata. Maksudnya adalah pertimbangan akuntasi teoritis
yang dipakai dalam kedua proses tidak sama. Translasi valuta asing sebagian
besar adalah masalah unit perkiraan (unit pengukuran). Penyesuaian tingkat
harga terutama berkenaan dengan perbedaan antara modal dan laba, sehingga
implikasinya kebanyakan berkaitan dengan penilaian (proses pengukuran)
Efek-efek
spesifik di kedua proses tersebut juga berbeda. Perkiraan kas yang di
translasikan dari satu valuta ke valuta lain tidaklah problematis, sementara
penyesuaian tingkat harga dari perkiraan
kas adalah problematis. Perkiraan-perkiraan historis yang telah ditranslasikan
secara benar dari satu valuta ke valuta lain tidak ototmatis telah disesuaikan
dengan tingkat harga karena kurs valuta asing jarang berkorelasi negatif secara
sempurna dengan perubahan tingkat harga dan seperti yang perkiraan-perkiraan
tunggal dalam neraca mungkin dapat disesuaikan dengan sempurna terhadap efek
inflasi. Pada sisi lain, translasi valuta asing yang telah di sesuaikan dengan
inflasi dapat mengakibatkan “pembebanan ganda” untuk inflasi.
Dengan
mengingat perbedaan ini kita akan mengkaji empat isu akuntansi inflasi yang
telah terbukti menyulitkan para akuntan. Ke empat isu tersebut adalah
§ Persoalan
apakah dolar konstan atau biaya berjalan menyediakan efek-efek inflasi yang
lebih baik,
§ Perlakuan
akuntansi atas “keuntungan dan kerugian inflasi”,
§ Akuntansi
bagi inflasi luar negeri dan Untuk membatasi lingkup pembahasan isu satu
dibahas bersama dengan isu tiga.
§ Pencegahan
fenomena “double-dip”
AKUNTANSI BAGI INFLASI LUAR NEGERI
Semua
metode translasi yang pernah di bahas di bab sebelumnya pada dasarnya
mengabaikan efek-efek inflasi luar negeri dalam proses konsolidasi. Untuk
mengatasi kelemahan ini, beberapa penulis menganjurkan restatement saldo valas untuk mencerminkan perubahan dalam daya
beli lokal dari unit valas kemudian
mentranslasikan hasilnya ke dalam valas domestik yang ekivalen.
Keuntungan-keuntungan pokok dari usulan “restate-translate”
adalah sebagai berikut :
- Usulan tersebut memungkinkan pembaca laporan keuangan untuk menilai hasil-hasil operasi biasa dalam kaitannya dengan valas lokal serta efek-efek inflasi terpisah dari hasil operasi ini.
- Memungkinkan manajemen untuk mengukur dengan lebih baik kinerja dari suatu anak perusahaan sesudah penyesuaian dilakukan untuk “memelihara” aset-aset keuangan anak perusahaan.
- Memungkinkan manajemen untuk mengevaluasi kinerja anak perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan tempat aset-aset anak perusahaan tersebut berada.
- Memungkinkan manajemen untuk memastikan seluruh efek dari setiap devaluasi valas terhadap hasil operasi anak perusahaan jika devaluasi terjadi.
Kritik
terhadap pendekatan restate-translate
mengemukakan bahwa metode ini menghasilkan suatu unit pengukuran yang
mencerminkan multiple standard yang
berkaitan dengan daya beli umum. Misalnya, sebuah perusahaan induk di AS yang
mengkonsolidasikan hasil operasi dari 10 anak perusahaannya di luar negeri (laju inflasinya berbeda-beda)
akan menghasilkan laporan keuangan dalam dolar AS. Jumlah dolar tesebut
mencerminkan daya beli dari 10 negara berbeda. Hal ini tidak diinginkan oleh
pembaca laporan keuangan di AS karena kurs valas mengandung unsur inflasi,
intinya inflasi lokal di catat dua kali dalam metode “restate-translate”.
Para
kritikus restate-translate mendukung
penerapan apa yang dinamakan pendekatan translate-restate.
Berdasarkan proses ini, perkiraan-perkiraan luar negeri terlebih dahulu
ditranslasikan ke dalam valuta
perusahaan induk dan kemudian di-restate
ke dalam daya beli umum domestik yang ekivalen.
Para
pendukung pendekatan translate-restate
mengemukakan bahwa adalah lebih mudah bagi perusahan induk untuk
mentranslasikan semua operasi luar negeri ke dalam unit valuta domestik dan
kemudian melakukan sekali saja restatement
inflasi daripada me-restate perkiraan
–perkiraan inflasi di masing-masing negara. Selain itu, metode translate-restate tidak hanya
memperlihatkan efek perubahan kurs valas terhadap laporan keuangan tetapi juga
mengungkapkan efek inflasi domestik terhadap potensi pengembalian bagi investor
domestik. Intinya, perkiraan konsolidasi yang disiapkan sesuai dengan metode translate-restate diekspresikan dalam
standar pengukuran tunggal yaitu, dolar daya beli domestik