Kamis, 27 Desember 2012

perubahan harga


 

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA

Perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang / jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan / keluaran). 
Atau
akuntansi yang membahas perubahan nilai dan cara-cara mengatasinya disebut akuntansi perubahan harga ( accounting for price change ) atau akuntansi harga-harga berubah. perubahan nilai disini meliputi perubahan harga karena perubahan nilai barang dan perubahan harga karena perubahan  daya beli uang akibat berjalanya waktu.
Rerangka akuntansi pokok
Rerangka akuntansi pokok menghasilkan statemen keuangan dasar. Karena rerangka akuntansi pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang masuk dalam statemen keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan. Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Kos historis merupakan data dasar yang menjadi basis penyusunan statemen keuangan dasar. Berbagai usulan akuntansi untuk memperbaikki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat diadopsi oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur akuntansinya.Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali.
Kos merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk  atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Masalah akuntansi
Akuntansi kos historis menjadi tidak terpaut dalam pengambilan keputusan dalam keadaan ekonomik yang di dalam nya terjadi perubahan yang signifikan.Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian unit pengukur dan pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah pemertahanan kapital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya (finansial / fisis).Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan dengan penilaian (valuation), unit pengukur (measurement unit) dan pemertahanan kapital (capital maintenance).
·         Masalah Penilaian
Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan aset tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah. Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan produk baru yang lebih tinggi. Akuntansi menghadapi masalah dalam hal ini karena kos tercatat untuk suatu asset tidak lagi menggambakan nilai asset tersebut.
Persepsi atau selera orang terhadap manfaat atau nilai barang tertentu dapat pula menyebabkan perubahan nilai yang akhirnya mempengaruhi harga barang tersebut. Perubahan harga semacam ini  disebut dengan perubahan harga spesifik.
Model akuntansi untuk menghadapi masalah ini adalah akuntansi nilai sekarang  yang pengukuran  nilainya bergantung pada dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau nilai keluaran sekarang.
·         Masalah Unit Pengukur
Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai tidak bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan  nilai unit pengukur ini terjadi karena perubahan tingkat harga secara umum dalam ekonomi suatu negara. Artinya, kalau nilai atau manfaat suatu barang tidak berubah, jumlah unit moneter yang dapat digunakan untuk memperoleh barang yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu karena daya beli uang berubah.
Secara umum, daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi. Akuntansi menghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah nominal tidak lagi homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos vertikal atau horisontal sebenarnya tidak bermakna lagi.
Bila perubahan nilai dan daya beli terjadi bersama-sama pengaruh keduanya terhadap kos historis harus ditunjukkan dalam pelaporan keuangan. Untuk mengatasinya disebut secara umum sebagai akuntansi kos sekarang/rupiah konstan.
·         Masalah Pemertahanan Kapital
Laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat didistribusi atau dinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk menentukan laba dengan mempertahankan kapital, tiga hal penting dalam mengukur kapital harus dipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis kapital terutama dalam hal terjadi perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur dalam perubahan harga berkaitan dengan skala pengukuran. Masalah pemertahanan kapital dalam perubahan harga berkaitan dengan jenis kapital yang harus dipertahankan yaitu finansial atau fisis.
Bila pengaruh perubahan harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam keadaan perubahan harga menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung tersaji lebih. Hal ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga atau untuk penahanan melekat pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih dapat mengakibatkan distribusi laba yang melebihi jumlah yang dapat menyisakan laba untuk mempertahankan kapital.
Model akuntansi untuk mengatasi masalah perubahan harga adalah kos sekarang/capital fisis atau disebut akuntansi nilai pengganti yang secara teknis sama dengan akuntansi kos sekarang. Perbedaanya terletak pada penyajian dan interpretasi jumlah rupiah untuk mempertahankan capital dalam statemen laba-rugi.
Pos-pos Moneter dan Nonmoneter
Perubahan harga mempunyai implikasi yang berbeda antara pos-pos moneter dan nonmoneter.Pos moneter berkaitan dengan untung/rugi daya beli., Pos nonmoneter berkaitan dengan untung/rugi penahanan.
Besar untung / rugi daya beli ditentukan dengan memisahkan pos moneter dan non moneter, karena untung dan rugi daya beli biasanya berhubungan dengan pos moneter netto.
Pos moneter berhubungan dengan aliran kas, pos non-moneter berhubungan dengan aliran potensi jasa fisik (non kas)
Aktiva moneter : klaim untuk menerima sejumlah rupiah di masa depan tanpa memperhatikan perubahan daya beli uang
Misal : kas, deposito, investasi dalam obligasi, piutang dagang, piutang wesel dan uang muka jaminan kontrak.
Aktiva non moneter : aktiva yang mengandung jumlah unit rupiah yang berubah dengan berjalannya waktu.
Misal : Persediaan barang dagangan, fasilitas fisik, investasi dalam saham dan goodwill
Pos Moneter
Pos-pos moneter terdiri atas aset moneter dan kewajiban moneter. Aset moneter adalah klaim untuk menerima kas di masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa mengaitkan dengan harga masa datang barang dan jasa tertentu.
Kewajiban moneter adalah keharusan untuk membayar uang di masa mendatang dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah pasti. Implikasi perubahan harga terhadap pos-pos moneter lebih berkaitan dengan perubahan daya beli yang menimbulkan untung atau rugi daya beli. Untung atau rugi daya beli timbul kalau perusahaan menahan pos-pos moneter dalam keadaan daya beli berubah.
Pos-Pos Nonmoneter
Pos-pos nonmoneter adalah pos-pos selain yang bersifat moneter yang juga terdiri atas aset nonmoneter dan kewajiban nonmoneter. Aset nonmoneter adalah aset yang mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim untuk menerima potensi jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya beli.
Kewajiban nonmoneter adalah keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan kuantitas tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang atau potensi jasa tersebut pada saat diserahkan. Implikasi perubahan harga terhadap pos nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar antara saat pos-pos tersebut diperoleh atau terjadi dan nilai tukar saat meretia diserahkan atau dilaporkan pada akhir perioda.
Pos-pos moneter berkaitan dengan untung atau rugi daya beli sedangkan pos-pos nonmoneter dengan untung atau rugi penahanan.
Perubahan Harga
Harga merepresentasi nilai tukar barang dan jasa pada suatu saat dalam suatu lingkungan ekonomik. Barang dan jasa dapat berupa barang dan jasa antara yaitu berupa faktor produksi atau produk akhir (barang dan jasa untuk konsumsi).
Harga masukan adalah harga faktor produksi dan harga barang atau jasa antara yang diperoleh untuk tujuan diolah lebih lanjut. Harga keluaran adalah harga barang dan jasa yang dijual sebagai produk perusahaan. Pasar faktor produksi disebut pasar masukan dan pasar produk akhir disebut pasar keluaran.
Secara umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau keluaran). Dari segi akuntansi, perubahan harga adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek (pos) dan jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek (pos) pada saat tertentu. Dari sudut perusahaan, perbedaan harga masukan dan keluaran bukan merupakan perubahan harga tetapi lebih merupakan laba yaitu kenaikan nilai ekonomik yang diharapkan karena proses produksi. Perubahan harga adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek dan jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek pada saat tertentu.




Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada tiga jenis perubahan harga yaitu : (1) perubahan harga umum, (2) perubahan harga spesifik, dan (3) perubahan harga relatif
1.      Perubahan Harga Umum
Perubahan harga umum mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tukar satuan uang atau dikenal dengan perubahan daya beli. Terjadi perubahan meskipun manfaat atau daya tukar barang sama.  Perubahan tersebut dapat disebabkan pada umumnya oleh kekuatan-kekuatan faktor ekonomik seperti tersedianya uang atau kecepatan beredarnya uang dibandingkan dengan tersedianya barang atau jasa dalam perekonomian suatu negara. Penyebab  lain adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa secara umum atau perubahan harga pasar dunia untuk komoditas dasar tertentu. Perubahan harga umum ditandai oleh perubahan seluruh harga barang dan jasa dengan tingkat dan arah yang sama.
Perubahan harga UMUM : Perubahan nilai satuan uang, dinyatakan dalam index harga umumContoh : INDEX HARGA KONSUMEN
Inflasi : Index harga Umum cenderung naik dari waktu ke waktu




o   Inflasi dan Daya Beli Uang
Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat harga dari waktu ke waktu. Perubahan indeks harga merefleksi pula perubahan daya beli atau nilai tukar uang. Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya beli demikian pula sebaliknya. Daya beli uang adalah kemampuan satuan uang pada saat tertentu untuk ditukarkan dengan barang.
Gejala kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu disebut inflasi. Inflasi ditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung menaik dari waktu ke waktu. Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke perioda berikutnya disebut dengan laju inflasi.
Gambar hubungan indeks harga,daya beli,laju inflasi berdsarkan indeks harga konsumen ( IHK) gabungan 43 kota  (1996=100,2002=basis daya beli
Tahun
IHK
Daya Beli Per Rp.1.000.000
Laju inflasi (%)
1998
198,47
KRp.1.381.216

1999
202,46
1.353.996
2,00
2000
221,37
1.238.334
9,34
2001
249,15
1.100.260
12,55
2002
274,13
1.000.000
10,03
Gambar ditas menunjukkan bahwa pola laju inflasi bergantung pada fluktuasi indeks harga per tahun.daya beliuang menurun jika indeks harga naik.

o   Implikasi Akuntansi
            Kos berbagai objek yang diukur dengan satuan uang pada waktu yang berbeda-beda sebenarnya merupakan jumlah rupiah yang tidak homogenus sehingga tidak dapat dijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia sudah merefleksi kos atau harga sekarang setiap saat atau pada tanggal pelaporan. Dengan adanya perubahan daya beli, perusahaan kemungkinan akan mendapat untung atau menderita rugi karena perusahaan menahan pos-pos moneter.
Untung atau rugi daya beli pos moneter terjadi apabila perusahaan menahan aset moneter atau mempunyai utang moneter dalam jangka waktu tertentu. Dalam kondisi inflasi, menahan aset moneter akan menimbulkan rugi daya beli. Dalam kndisi deflasi menahan aset moneter akan memberikan untung  daya beli dan menahan utang moneter akan mengakibatkan rugi daya.




Perhitungan saldo akhir mesin berikut menggambarkan masalah yang di hadapi akuntansi
aset
Indeks
Kos nominal
Kos dalam daya beli
awal
tengah
akhir
Mesin 1
120
Rp.30.000.000
KRp.30.000.000
KRp.37.500.000
KRp.40.000.000

150




Mesin 2
160
Rp.40.000.000
KRp.30.000.000
KRp.37.500.000
KRp.40.000.000
Saldo mesin

Rp.70.000.000
KRp.60.000.000
KRp.37.500.000
KRp.80.000.000


o   Interpretasi Untung / Rugi Daya Beli
Jumlah rupiah untung atau rugi daya beli merupakan informasi untuk membantu pemakai dalam menentukan laba ekonomik perusahaan karena informasi tersebut berkaitan dengan seberapa jauh kapital secara ekonomik harus dipertahankan.
Untung daya beli penahanan utang dapat diperlakukan sebagai pengurangan aset yang diperoleh dengan utang tersebut.  Untung atau rugi daya beli pos moneter lancar dapat dianggap terrealisasi pada saat pos aset moneter lancar diterima uangnya atau pada saat utang moneter lancar dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan sebagai kesatuan usaha, untung atau rugi daya beli utang jangka panjang dalam suatu perioda tidak mempengaruhi besarnya laba.
Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan memberi informasi apakah perusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam kondisi inflasi, tentu saja modal kerja moneter akan cenderung menurun daya belinya.

2.      Perubahan Harga Spesifik
Perubahan harga spesifik adalah perubahan harga barang tertentu karena nilai instrinsik barang tersebut berubah sehingga nilai tukarnya juga berubah baik di pasar masukan maupun pasar keluaran.
Perubahan harga spesifik terjadi karena berbagai faktor antara lain perubahan selera konsumer, perubahan teknologi di bidang teknik industri dan spekulasi atau perubahan harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang tersedia dalam masyarakat. Terjadi perubahan meskipun tidak terjadi perubahan daya beli
Perubahan harga spesifik dalam pasar masukan akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan kos aset yang  yang akhirnya mempengaruhi biaya bagi perusahan. Perubahan harga spesifik dalam pasar keluaran akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan.

o   Implikasi Akuntansi
Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik ini tidak diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi dalam perhitungan laba. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi penahanan.
o   Interpretasi Untung/Rugi Penahanan
Untung penahanan merupakan informasi tentang jumlah rupiah untuk mempertahankan kapital.
Dari segi evaluasi kinerja manajemen, akuntansi kos sekarang sebenarnya memberi informasi tentang kegiatan yang benar-benar merupakan upaya manajemen dan kegiatan yang semata-mata hanya menahan aset dalam kaitannya dengan pengelolaan kapital fisis.  Laba operasi merupakan hasil kegiatan produktif, sendangkan untung penahanan merupakan hasil kegiatan penahanan aset semata. Laba operasi atas dasar kos sekarang merupakan pengukur efisiensi pengelolaan dana atau kapital fisis perusahaan yang sebenarnya.
Dalam kondisi harga yang menarik, biaya atas dasar kos sekarang yang dibebankan ke pendapatan akan cenderung lebih tinggi daripada biaya historis karena itu laba akan cenderung lebih kecil.
3.      Perubahan Harga Relatif
Perubahan harga relatif mengukur tingkat penyimpanan perubahan harga barang atau jasa tertentu terhadap perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruh barang dan jasa. Perubahan harga relatif adalah perubahan harga setelah pengaruh perubahan daya beli dikeluarkan atau diperhitungkan.
Kalau unit moneter dihomogenuskan dengan indeks harga umum, statemen laba-rugi akan menggambarkan laba real secara ekonomik. Pengaruh perubahan harga relatif tidak dapat terungkapkan secara penuh kalau penyesuaian tidak dilakukan baik untuk perubahan harga spesifik maupun untuk perubahan harga umum. Model akuntansi yang memperhitungkan pengaurh perubahan harga relatif sebenarnya merupakan bastar atau hibrida antara model akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos sekarang. Model hibrida tersebut disebut akuntansi kos sekarang daya beli konstan.
Misal : Harga barang/jasa umum naik 10%,harga barang tertentu naik 32%, maka Perub.Harga Relatif : 12%.


Rerangka akuntansi pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang masuk dalam statemen keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan.
Berbagai usulan akuntansi untuk memperbaikki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat diadopsi oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur akuntansinya.
Ø  Akuntansi Daya Beli Konstan
Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar daya beli. Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historis harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan. Dalam operasinya perusahaan akan menggunakan atau mengorbankan daya beli asset untuk memperoleh asset lain dalam rangka menghasilkan pendapatan. Dengan konsep daya beli konstan, daya beli dapat menjadi golongan kapital yang lain yaitu kapital daya beli. Kapital daya beli sebenarnya merupakan kapital finansial.

Pemilihan Indeks Harga untuk Konversi
Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historis harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan.
Untuk menyusun statemen keuangan lengkap dalam daya beli, semua pos baik neraca atau laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks rata-rata digunakan dan pos-pos laba rugi terjadi secara merata selama perioda, rupiah daya beli yang didapat untuk suatu pos biasanya hampir sama dengan jumlah rupiah nominalnya. Indeks rata-rata (tengah) menghasilkan rupiah konversian pos-pos operasi yang mendekati rupiah nominal bila transaksi terjadi secara merata sepanjang tahun.

Keunggulan dan Kelemahan
Argumen yang biasanya diajukan untuk mendukung penyajian informasi daya beli konstan adalah :
1.         Akuntansi daya beli konstan menjadi angka akuntansi lebih bermakna
2.         Dengan akuntansi daya beli konstan, pembandingan antarperioda akan memberikan informasi yang  lebih bermakna daripada  pembandingan atas dasar rupiah nominal
3.         Pembandingan data antarperusahaan juga akan menjadi lebih berarti dan informatif
4.         Akuntansi daya beli konstan akan menghasilkan informasi laba atas dasar konsep mempertahankan kapital
5.         Pejabat pemerintah sudah terbiasa menganalisis data keuangan atas dasar nilai real, sehingga pelaporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rupiah nominal kemungkinan dapat menyebabkan kebijakan pemerintah yang merugikan perusahaan
6.         Akuntansi daya beli konstan merupakan sarana mengeluarkan pengaruh perubahan harga umum tanpa harus mengubah atau mengganti struktur akuntansi yang sudah berjalan.
7.         Akuntansi daya beli konstan dapat mengatasi atau meniadakan sama sekali metoda akuntansi yang dimaksudkan untuk menanggulangi perubahan harga secara parsial atau secara pos per pos

Beberapa keberatan dan kelemahan terhadap akuntansi daya beli konstan adalah :
1.      Akuntansi daya beli konstan mendasarkan diri pada data kos historis sehingga kelemahan-kelemahan yang melekat pada kos historis tidak seluruhnya dapat dihilangkan atau diatasi. Jadi, akuntansi daya beli konstan belum memperhitungkan pengaruh perubahan harga spesifik
2.       Manfaat informasi tambahan kemungkinan besar tidak sepadan dengan kos untuk menyusun statemen keuangan daya beli konstan
3.      Acapkali stateman keuangan daya beli konstan diinterpretasi secara keliru sebagai informasi tentang nilai sekarang padahal informasi yang disajikan oleh akuntansi daya beli konstan bukan merupakan nilai sekarang, nilai yang dapat direalisasi, atau bahkan nilai diskonan
4.      Untung rugi daya beli tidak mempunyai makna atau interpretasi yang jelas atau intuitif.
5.      Acapkali indeks yang digunakan untung menghomogenuskan unit pengukur tidak mewakili perubahan daya beli yang terkandung dalam aset perusahaan sehingga hasil perhitungan akuntansi daya beli konstan diragukan keterandalannya.
Kapital Daya Beli
Kapital finansial, laba terjadi dari kenaikan jumlah rupiah kapital tanpa memperhatikan wujud kapital tersebut. Kapital daya beli adalah jumah rupiah kapital finansial yang telah dikonversi menjadi daya beli. Dengan dasar pikiran ini, selisih konversi merupakan penyesuai capital untuk mempertahankan capital daya beli sebagai capital financial.
Ø  Akuntansi Kos Sekarang
Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan kapital sebelumnya.
Akuntansi kos sekarang digunakan sebagai dasar. Ada dua perbedaan yang tampak,yaitu :
Pertama, laba akan terbagi menjadi dua komponen yaitu laba akibat kegiatan operasi perusahaan dan laba akibat kegiatan menahan kapital fisis.
Kedua, untung / rugi yang belum terrealisasi akibat penahanan aset dimasukkan dalam statemen laba-laba.

Dasar Pengukuran Kos Sekarang
1.      Kos Pengganti
Penekanan diletakkan pada kos pengganti aset yang dikuasai perusahaan dengan aset yang sejenis atau sama fungsinya. Kos pengganti ini, secara konseptual laba perioda akan terjadi atas dua unsur yaitu : (1) laba operasi dan (2) untung atau rugi penahanan akibat perubahan harga relatif.
FASB memberi pedoman pengukuran fasilitas fisis yang sudah terpakai dengan cara berikut :
a)      Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang sama dengan potensi jasa fasilitas pada waktu dibeli perusahaan dan menguranginya dengan depresiasi yang diperhitungkan atas dasar kos baru sesuai metoda yang sama
b)      Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis beka yang sama umum dan kondisinya dengan aset yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan
c)      Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang berbeda dengan yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan dan menyesuaikan kos baru tersebut terhadap perbedaan-perbedaan nilai potensi jasa akibat perbedaan umur, kapasitas, kualitas jasa dan kos pemeliharaan/pengoperasian.

2.      Nilai Jual Sekarang
Kos sekarang aset diukur atas dasar harga aset senandainya pada saat sekarang perusahaan memilih untuk menjual aset tersebut alih-alih memakainya untuk operasi. Nilai jual sekarang berarti jumlah rupiah pendapatan yang dapat direalisasi seandainya aset dijual sekarang.


3.      Nilai Terrealisasi Harapan
Pendekatan ini sama dengan nilai jual sekarang hanya pengukuran dilakukan atas dasar nilai sekarang aliran kas masa datang yang diterima dari aset atau dibayar untuk aset atau utang bersangkutan.
Nilai penggunaan adalah nilai sekarang aliran kas di masa mendatang yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aset oleh perusahaan. Nilai pasar sekarang adalah jumlah rupiah kas, atau setara kas yang diharapkan akan dapat diperoleh dari penjualan suatu aset dikurangi dengan biaya penjualan yang terlibat dalam proses penjualan aset tersebut.
Kos sekarang dan Pemertahanan Kapital
Akuntansi kos sekarang dilandasi konsep mempertahankan kapital. Perubahan harga aset yang ditahan selama suatu perioda menimbulkan untung atau rugi penahanan.
Untuk kapital finansial untung atau rugi ini akan diperhitungkan dalam penentuan laba perioda sebagai untung terrealisasi. Perbedaan utama antara konsep mempertahankan kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa dalam mempertahankan kapital fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan sebagai komponen laba perioda tetapi diperlakukan sebagai penyesuai ekuitas pemegang saham.
Sumber Informasi dan Teknik Pengukuran penentuan kos sekarang
1.      Pengindeksan (Indexation)
Sumber informasi dapat berupa (1) indeks harga yang dihasilkan pihak eksternal untuk kelompok barang atau jasa yang diukur atau (2) indeks harga yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan berdasarkan catatan historis untuk kelompok barang ataujasa yang diukur
Teknik ini memungkinkan digunakannya komputer untuk menyatakan kembali angka-angka dasar secara cepat.
2.      Penghargaan Langsung (Direct Pricing)
Informasi dari luar berupa (1) harga faktur sekarang, (2) daftar harga dari penjual barang atau jasa (price list) atau kutipan harga lain atau taksiran, dan (3) kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.
Teknik ini membebankan secara langsung bahan dan tenaga kerja ke suatu aset / kelompok aset. Teknik ini biasanya berupa harga faktur sekarang, daftar harga dari penjual barang / jasa dan kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.


3.      Pengkosan Unit (Unit Costing)
Teknik ini digunakan untuk menaksir kos reproduksi suatu barang. Teknik ini digunakan untuk barang tau jasa yang tidak mempunyai pasar keluaran atau barang yang bersifat khusus (tidak standar).
4.      Penghargaan fungsional (Functional Pricing)
Teknik ini digunakan untuk menentukan kos pengganti suatu fungsi produksi atau pemrosesan dan bukanya suatu aset secara individual atau kelompok aset yang masing-masing berdiri sendiri.
Keunggulan dan Kelemahan
Argumen yang diajukan untuk mendukung disediakannya informasi kos sekarang :
1.      Tindakan manajemen untuk menghadapi perubahan harga biasanya diwujudkan dalam keputusan yang didasarkan atas harapan atau prediksi adanya perubahan harga di masa datang untuk barang atau jasa yang diperoleh perusahaan.
2.      Akuntansi kos sekarang dapat menunjukkan laba operasi dan untung penahanan sehingga dapat memberikan informasi tentang pengaruh perubahan harga terhadap profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya.
3.      Informasi kos sekarang bermanfaat dalam analisis kemampuan perusahaan untuk menjaga kapasitas operasi sekaligus untuk membagi dividen.
4.       Neraca atas dasar kos sekarang menggambarkan nilai ekonomik aset dan utang yang lebih realistik dibandingkan neraca berbasis kos historis.
5.      Akuntansi kos sekarang akan memberikan informasi tentang efisiensi suatu perusahaan yang lebih baik dan dapat diperbandingkan secara lebih bermakna dengan perusahaan lain.
6.      Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, akuntansi kos sekarang mendasarkan pada konsep pemertahanan kapital yang semestinya atas dasar perkembangan dan kondisi perusahaan yang mutakhir.

Kritik umum yang ditujukan terhadap akuntansi kos sekarang :
1.      Belum  ada definisi yang tegas dan tunggal tentang apa yang dimaksud aset pengganti dan bagaimana aset tersebut diukur.
2.      Akuntansi kos sekarang belum mempertimbangkan pengaruh perubahan daya beli uang.
3.      Konsep mempertahankan kapital yang menjadi landasan kos sekarang sebenarnya bukan merupakan fungsi akuntansi atau laporan tetapi fungsi manajemen.
4.      Kerumitan penyususunan informasi kos sekarang sebagai pelengkap tidak sepadan dengan manfaat yang diperoleh.
Ø  Akuntansi Hibrida
Akuntansi daya beli konstan berusaha untuk mengatasi masalah unit pengukur tidak stabil sedangkan akuntansi kos sekarang berusaha untuk mengatasi masalah panilaian.
Perbedaan Akuntansi Daya Beli Konstan dan Kos Sekarang
Akuntansi Daya Beli Konstan
1.      Mengatasi masalah unit pengukur
2.      Merevisi atau merevaluasi aset moneter pada akhir perioda.
3.      Menggunakan indeks harga umum karena sasaeannya perubahan umum.
4.      Mengabaikan untung atau rugi penahanan pada saat revaluasi.
5.      Mengungkapkan untung atau rugi daya beli atas aset monoter reto.
6.      Untung atau rugi sebagai selisih lebih bermakna sebagai penyesuai kapital daripada komponen laba dalam rangka pemertahanan kapital.

Akuntansi Kos Sekarang
1.      Mengatasi masalah penilaian.
2.      Merevisi atau merevaluasi aset nonmoneter secara terus menerus.
3.       Menggunakan indeks harga spesifik karena sasarannya perubahan harga spesifik.
4.      Mengabaikan untung atau rugi daya beli.
5.      Mengungkapkan untung atau rugi penahanan atas aset nonmoneter neto.
6.      Untung atau rugi sebagai selisih lebih bermakna sebagai komponen laba daripada penyesuai kapital dalam rangka pemertahanan kapital.
Standar Akuntansi Perubahan Harga
Dengan dikeluarkannya SFAS No. 89, FASB telah mengubah status pelaporan informasi perubahan harga dari wajib menjadi anjuran. Secara autoritatif pengungkapan informasi perubahan harga setelah SFAS  No. 89 sebenarnya bersifat sukarela. Standar akuntansi perubahan harga dalam profesi akuntansi di Amerika memang mempunyai riwayat yang agak unik. Standar yang cukup penting yang berpautan dengan pembahasan dalam bab ini adalah SFAS No. 33, No. 82 (1984), dan terakhir No. 89 (1986).27
§  SFAS No. 33
Semula melalui SFAS No. 3, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh inflasi dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 tidak menuntut penyajian komprehensif statemen keuangan atas dasar kos sekarang atau daya beli kostan tetapi hanya mewajibkan pengungkapan sebagian informasi yang membantu pemakai untuk mengevaluasi pengaruh perubahan harga.
Untuk akuntansi daya beli konstan, butir-butir minimum yang harus diungkapkan adalah :
1.      Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar daya beli konstan.
2.      Untung atu rugi daya beli atas pos-pos moneter neto untuk tahun berjalan.
Dalam SFAS No. 33, FASB menetapkan informasi minimal yang harus diungkapkan atas dasar kos sekarang sebagai berikut :
1.      Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar kos sekarang.
2.      Jumlah rupiah kos sekarang sediaan dan fasilitas fisis pada akhir tahun.
3.      Untung dan rugi perusahaan selama tahun berjalan untuk sediaan dan fasilitas fasis.
§  SFAS No. 82
FASB menerbitkan SFAS No. 82 yang isinya meniadakan beberapa pengungkapan yang sebelumnya diatur dalam SFAS No. 33. Standar baru ini meniadakan atau membatalkan ketentuan untuk mengungkapkan informasi daya beli konstan.
§  SFAS No. 89
SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require) pengungkapan pengaruh perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi sangat menganjurkan (to encourage) pengungkapan tersebut.
Model Akuntansi dan Implementasinya
Standar pelaporan perubahan harga menyangkut empat model yaitu:
1.      akuntansi kos historis
2.      akuntansi daya beli konstan
3.      akuntansi kos sekarang
4.      akuntansi kos sekarang/daya beli konstan.
Suatu model akuntansi perubahan harga ditentukan oleh kombinasi tiga faktor:
1.      Dasar penilaian
2.      Skala pengukuran
3.      Jenis KapitaL
Model 1. Berbasis kos historis dengan skala pengukuran nomimal untuk capital bersifat financial.
Model 2. Besarnya untung atau rugi daya beli suatu periode ditentukan oleh indeks harga yang dipilih sebagai basis
Model 3. Kos sekarang sebenarnya adalah kos sekarang pada saat penjualan.
Model 4. Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli   konstan dan akuntansi kos sekarang yang semula berdiri sendiri.
Model 5. Model ini sama dengan model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis
Model 6. Laba yang didistribusi sama dengan model 5. Perbedaannya terletak pada unit pengukur yang berubah dan diperhitungkannya rugi daya beli dan besarnya jumlah penyesuaian capital fisis untuk mempertahankan kapital
Model 7. Model ini tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos sekarang didefinisi sebagai harga jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran kas bersih masa datang baik yang telah terealisasi maupun belum.
Model 8. Model ini merupakan pengembangan model 7 dengan memasukkan unsur perubahan daya beli dalam hitungan laba sehingga semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang sesuai

Standar Akuntansi Perubahan Harga.
Di Amerika, standar akuntansi mula-mula mewajibkan pelaporan pengaruh perubahan harga sebagai informasi pelengkap dengan berbagai argumennya. Kemudian standar tersebut diganti dengan berbagai standar baru yang tidak lagi mewajibkan tetapi tetap menganjurkan pelaporan pengaruh perubahan harga dengan berbagai argumennya. Akibatnya buku-buku teks akuntansi keuangan menengah tidak lagi memasukkan topik akuntansi perubahan harga. Walaupun demikian, pembahasan mengenai perubahan harga beserta teorinya tetap penting untuk memberi wawasan yang luas dan dalam khususnya bila perubahan harag cukup berarti dalam sistem perekonomian negara tertentu termasuk Indonesia




PERSPEKTIF INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Pengkajian mengenai tanggapan dari negara – negara tertentu atas akuntansi bagi perubahan harga, berguna dalam menilai tren yang sedang berlangsung serta tren dimasa yang akan datang.
Tanggapan AS
Operasi luar negeri. Pedoman-pedoman pengungkapan yang ditawarkan oleh FAS No.89 juga mencakup operasi-operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi perusahaan-perusahaan induk AS. Untuk tetap sejalan dengan kerangka biaya berjalan yang ekivalen disesuaikan dengan inflasi luar negeri dan kemudian ditranslasikan kedalam dolar AS (restate-translate method)? Atau, haruskah perkiraan-perkiraan tersebut ditraslasikan ke dolar dan kemudian disesuaikan dengan inflasi AS (translate-restate method)?
Dalam ketetapan-ketetapan paling baru mengenai perubahan harga, FASB telah memutuskan untuk menganjurkan, tetapi tidak lagi mewajibkan, entitas-entitas pelaporan AS untuk mengungkapkan informasi biaya historis-daya beli konstan atau biaya berjalan-daya beli konstan. Sangat disesali, bahwa keputusan untuk menghilangkan keharusan dalam mengungkapkan informasi perubahan harga, akan melepaskan banyak momentum dan pengalaman yang telah dikumpulkan FASB selama uji-coba 5 tahun.
Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan manajer-manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial antar suatu negara dengan negara lainnya.
Perusahaan-perusahaan yang mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional untuk mengukur operasi mereka, memandang operasi ini dari perspektif perusahaan induk. Karenanya, translate-restate method direkomendasikan. Perusahaan-perusahaan multinasional yang mengadopsi valuta lokal sebagai valuta fungsional untuk sebagian besar operasi mereka pada dasarnya memandang dengan perspektif valuta lokal. Walaupun hal ini logikanya mengharuskan dipakainya restate-translate method.

GAMBAR :
METODOLOGI PENYAJIAN ULANG (RESTATEMENT) BAGI OPERASI LUAR NEGERI

*GPL : General Price Level (tingkat harga umum)

BIDANG –BIDANG PERMASALAHAN
Inflasi merupakan fenomena yang terus berulang, mengapa para akuntan meluangkan terlalu banyak waktu pada isu akuntansi perubahan harga? Jawabannya adalah untuk merumuskan akuntansi –inflasi  yang efektif dan komprehensif.
Dari banyak isu ini berkaitan dengan masalah translasi valuta asing yang telah di bahas sebelumnya. Misalnya restatement tingkat harga maupun translasi valuta asing memiliki masalah yang umum, keduanya memiliki masalah yang sama dengan metodologi restatement dan keduanya menghadapi dilema dalam mengklasifikasi dan memperlakukan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan restatement. Tetapi persamaan tersebut hanya terlihat dipermukaan saja, tidak benar-benar nyata. Maksudnya adalah pertimbangan akuntasi teoritis yang dipakai dalam kedua proses tidak sama. Translasi valuta asing sebagian besar adalah masalah unit perkiraan (unit pengukuran). Penyesuaian tingkat harga terutama berkenaan dengan perbedaan antara modal dan laba, sehingga implikasinya kebanyakan berkaitan dengan penilaian (proses pengukuran)
Efek-efek spesifik di kedua proses tersebut juga berbeda. Perkiraan kas yang di translasikan dari satu valuta ke valuta lain tidaklah problematis, sementara penyesuaian tingkat harga  dari perkiraan kas adalah problematis. Perkiraan-perkiraan historis yang telah ditranslasikan secara benar dari satu valuta ke valuta lain tidak ototmatis telah disesuaikan dengan tingkat harga karena kurs valuta asing jarang berkorelasi negatif secara sempurna dengan perubahan tingkat harga dan seperti yang perkiraan-perkiraan tunggal dalam neraca mungkin dapat disesuaikan dengan sempurna terhadap efek inflasi. Pada sisi lain, translasi valuta asing yang telah di sesuaikan dengan inflasi dapat mengakibatkan “pembebanan ganda” untuk inflasi.
Dengan mengingat perbedaan ini kita akan mengkaji empat isu akuntansi inflasi yang telah terbukti menyulitkan para akuntan. Ke empat isu tersebut adalah
§ Persoalan apakah dolar konstan atau biaya berjalan menyediakan efek-efek inflasi yang lebih baik,
§ Perlakuan akuntansi atas “keuntungan dan kerugian inflasi”,
§ Akuntansi bagi inflasi luar negeri dan Untuk membatasi lingkup pembahasan isu satu dibahas bersama dengan isu tiga.
§ Pencegahan fenomena “double-dip”

AKUNTANSI BAGI INFLASI LUAR NEGERI
Semua metode translasi yang pernah di bahas di bab sebelumnya pada dasarnya mengabaikan efek-efek inflasi luar negeri dalam proses konsolidasi. Untuk mengatasi kelemahan ini, beberapa penulis menganjurkan restatement saldo valas untuk mencerminkan perubahan dalam daya beli lokal  dari unit valas kemudian mentranslasikan hasilnya ke dalam valas domestik yang ekivalen. Keuntungan-keuntungan pokok dari usulan “restate-translate” adalah sebagai berikut :
  1. Usulan tersebut memungkinkan pembaca laporan keuangan untuk menilai hasil-hasil operasi biasa dalam kaitannya dengan valas lokal serta efek-efek inflasi terpisah dari hasil operasi ini.
  2. Memungkinkan manajemen untuk mengukur dengan lebih baik kinerja dari suatu anak perusahaan sesudah penyesuaian dilakukan untuk “memelihara” aset-aset keuangan anak perusahaan.
  3. Memungkinkan manajemen untuk mengevaluasi kinerja anak perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan tempat aset-aset anak perusahaan tersebut berada.
  4. Memungkinkan manajemen untuk memastikan seluruh efek dari setiap devaluasi valas terhadap hasil operasi anak perusahaan jika devaluasi terjadi.
Kritik terhadap pendekatan restate-translate mengemukakan bahwa metode ini menghasilkan suatu unit pengukuran yang mencerminkan multiple standard yang berkaitan dengan daya beli umum. Misalnya, sebuah perusahaan induk di AS yang mengkonsolidasikan hasil operasi dari 10 anak perusahaannya  di luar negeri (laju inflasinya berbeda-beda) akan menghasilkan laporan keuangan dalam dolar AS. Jumlah dolar tesebut mencerminkan daya beli dari 10 negara berbeda. Hal ini tidak diinginkan oleh pembaca laporan keuangan di AS karena kurs valas mengandung unsur inflasi, intinya inflasi lokal di catat dua kali dalam metode “restate-translate”.
Para kritikus restate-translate mendukung penerapan apa yang dinamakan pendekatan translate-restate. Berdasarkan proses ini, perkiraan-perkiraan luar negeri terlebih dahulu ditranslasikan ke  dalam valuta perusahaan induk dan kemudian di-restate ke dalam daya beli umum domestik yang ekivalen.
Para pendukung pendekatan translate-restate mengemukakan bahwa adalah lebih mudah bagi perusahan induk untuk mentranslasikan semua operasi luar negeri ke dalam unit valuta domestik dan kemudian melakukan sekali saja restatement inflasi daripada me-restate perkiraan –perkiraan inflasi di masing-masing negara. Selain itu, metode translate-restate tidak hanya memperlihatkan efek perubahan kurs valas terhadap laporan keuangan tetapi juga mengungkapkan efek inflasi domestik terhadap potensi pengembalian bagi investor domestik. Intinya, perkiraan konsolidasi yang disiapkan sesuai dengan metode translate-restate diekspresikan dalam standar pengukuran tunggal yaitu, dolar daya beli domestik